Sebelum saya memulai. Kawan yang ketinggalan informasi cerita ini silakan klik urutan cerita ini:
bagian pertama
bagian kedua
bagian ketiga
bagian keempat
bagian kelima
bagian keenam
bagian ketujuh
Sampailah kita di bagian akhir cerita ini. Seluruh rangkaian cerita akan bermuara di sini. Judul tulisan "Konstantinopel Jatuh" terinspirasi dari judul bab di buku pelajaran Pendidikan Agama Islam (entah saat SD atau SMP, saya sudah lupa tapi masih melekat judulnya). Judul bab di buku pelajaran itu "Byzantium Jatuh". Saya sempat berpikir sekarang, ternyata di kurikulum PAI kita dahulu pernah membahas tentang masa-masa kejayaan Kerajaan Islam (Age of Empire). Saya buka buku-buku teks sekarang, sepertinya memang terjadi perubahan kurikulum yang cukup signifikan.
Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang dibesarkan dengan cerita heroisme akan tumbuh menjadi anak yang terus bersemangat dan pantang menyerah di masa depannya, sebaliknya anak-anak yang dilenakan dengan cerita-cerita yang pahlawannya gagal sangat berbeda di masa depan.
Kita lanjutkan. Bagian terakhir kemarin kita memahami Muhammad Al-Fatih memimpin pasukan menyeberangkan 72 kapal di bukit Galata yang tidak dipredikasi oleh pasukan Konstantin. Kemudian memasuki Konstantinopel dari arah Golden Horn.
Peperangan dilanjutkan dari 21 April sampai tanggal 27 Mei 1453. Mayat berjatuhan dari kedua belah pihak. Pada tanggal 27 Mei tersebut, pasukan Al-Fatih membuat lobang yang sangat besar di tembok barat Konstantinopel. Tembok tersebut tidak mampu ditambal lagi karena pasukan Konstantin telah berpindah lokasi ke bagian tembok yang lain yaitu tembok dekat Golden Horn. Besarnya lobang tembok tersebut membuat pasukan Konstantin tidak berani lagi mendekat ke tembok sebelah barat.
"Konstantinopel telah selesai," Kata pasukan Konstantin.
Dari terbentuknya lobang yang sangat besar tersebut. Al-Fatih memerintahkan pasukan untuk berhenti berperang.
"Wahai semua pasukan, berhenti berperang. Besok semuanya puasa sunnah. Semua berdoa pada Allah agar kita berhasil melakukan penaklukan ini. Saya lebih baik tidak memiliki apapun jika tidak menjatuhkan kota Konstantinopel ini," Kata Al-Fatih.
Tanggal 28 Mei 1453. Semuanya berpuasa sunnah. Mereka membaca Al-Qur'an di depan tembok Konstantinopel. Ulama-ulama datang ke setiap lingkaran pasukan untuk mengingatkan pentingnya penaklukan ini. Ulama-ulama mengingatkan cerita Abu Ayyub al-Anshori yang sudah tua tapi masih ikut perang. Semua diceritakan berita-berita dari rosulullah. Semua pasukan khusuk mendengarnya.
Tanggal 29 Mei 1453. Tepatnya 1/3 malam. Semua pasukan sholat tahajjud di tanah depan tembok Konstantinopel. Semua meminta penaklukan itu terjadi. Selesai sholat. Al-Fatih menaiki kudanya kemudian berkhutbah dan khutbah ini selalu tercatat sejarah:
"Seandainya penaklukan kota Konstantinopel sukses, maka sabda rasul telah menjadi kenyataan dan salah satu mukjizatnya kelak akan terbukti. Maka kita akan mendapatkan bagian dari janji yang telah rosulullah janjikan melalui hadits -Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang menaklukkan Konstantinopel dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya-- HR. Ahmad-- yaitu kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu sampaikan kepada pasukan satu persatu kemenangan besar yang segera kita capai menambah kemuliaan dan ketinggian Islam. Untuk itu wajib bagi setiap pasukan menjadikan syariat selalu di depan mata mereka dan jangan sampai ada yang bermaksiat. Hendaknya kalian tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Jangan ada yang mengganggu para pendeta dan orang-orang yang tidak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran"
Setelah berkhutbah Al-Fatih membagi tiga pasukan untuk penyerangan terakhir. Pasukan pertama namanya pasukan Azab yang membawa panah, rata-rata pasukan azab adalah pasukan anak muda (belum menikah). Pasukan kedua namanya Sipahi atau pasukan berkuda. Pasukan Sipahi maju, namun tidak berhasil juga. Kemudian dimajukanlah pasukan ketiga, pasukan khusus binaan Al-Fatih yaitu pasukan Inkisaria atau Janissary atau Yeniseri. Sebelum matahari bersinar dari Timur, pasukan Inkisaria mengambil alih Konstantinopel. Pasukan Al-Fatih masuk ke dalam kota Konstantinopel. Kudanya berjalan pelan sambil diiringi bendera merah Utsmani yang bertuliskan "inna fatahna lakafatham mubina" melangkah di gerbang.
"Alhamdulillah semoga Allah merahmati para syuhada, memberikan kemuliaan kepada mujahiddin serta kebanggaan dan syukur kepada rakyatku," Kata Al-Fatih dengan mata berkaca-kaca.
Al-Fatih menuju Hagia Sophia. Melihat kemegahannya dari dekat.
Al-Fatih menoleh ke kiri dan kanan. Yang terucap di mulutnya hanya kata "masya Allah, masya Allah, masya Allah" seperti tidak percaya telah masuk ke dalam Konstantinopel. Rasa haru menusuk dadanya. Kudanya lurus menuju pintu gerbang Hagia Sophia, kemudian Al-Fatih turun dari kudanya. menekuk lututnya, bersujud ke arah Mekkah kemudian melepas sorbannya. Al-Fatih mengambil segenggam tanah Konstantinopel, menaburkan di atas kepalanya.
"Saya hanya manusia yang berasal dari tanah. Saya bukan siapa-siapa, Allah yang memberi kemenangan ini," Kata Al-Fatih.
Bangkit dari duduknya, Al-Fatih menuju ke dalam Hagia Sophia. Didapatinya banyak anak-anak dan perempuan yang menangis. Mereka takut dibunuh.
"Tenang semuanya. Saya tidak akan menyakiti dan membunuh kalian. Silakan keluar dari gereja ini. Bagi yang ingin tetap tinggal di Konstantinopel rumah mereka tidak akan diganggu, yang ingin meninggalkan Konstantinopel kami jamin nyawa mereka sampai di depan pintu gerbang Konstantinopel. Silakan keluar dari kota ini. Bagi yang ingin tetap tinggal, hanya satu permintaan kami: Hagia Sophia kami jadikan sebagai masjid," Kata al-Fatih.
Tempat terindah dijadikan sebagai masjid. Mental pemenang sejati. Pagi itu juga, dibersihkan semua sudutnya. Berhala diturunkan. Lukisan-lukisan tidak senonoh ditutupi lumpur. Di bagian paling barat diberikan mihrab, digeser 9 derajat dari Masjidil Aqsho ke Masjidil Haram.
Menjelang Ashar, Selasa 29 Mei 1453. Di hari yang sama dibersihkannya tempat itu, adzan pertama berkumandang di Hagia Sophia, Konstantinopel.
Jika ada sesak di dada kita mendengar kisah Muhammad Al-Fatih sampai di sini. Ini kisah nyata, bukan cerita dongeng. Ini kisah pemberani, yang kemarin kita hanya mengenal nama, sekarang kita kenal ceritanya.
Bagi Muhammad al-Fatih, Hagia Sophia itu "kizil elma" atau apel merah. Sebuah puncak pencapaian. Sampai seorang filsuf Turki, Ziya Gökalp membuatkan puisi dengan judul Kizil Elma.
54 hari perang, 825 tahun penantian. 54 hari perang untuk membuktikan perkataan rosulullah, butuh waktu 825 tahun hingga tercapai penaklukan itu sejak keluar dari lisan orang yang paling dekat dengan Allah. kata rosulullah "latuftahannal Kostantiniyyah fala ni'mal amiru amiruha walani'mal jaisyu dzalikal jaisy" (karena sering diulang saya jadi hafal). Inilah kalimat yang ditertawakan orang Yahudi di perang khandaq dulu. dianggap gila. dianggap stres. Kini Telah terbukti. Perkataan itu diwariskan dari generasi ke generasi hingga 825 tahun kemudian tanpa bosan. Kemudian ada orang yang memegang erat janji itu, di usia 21 tahun berhasil masuk ke kota tersebut hingga ke ruangan besarnya seraya berkata, "Rosul Kami Tidak Pernah Bohong."
Salam kepada Nabi Muhammad. Nabi pemberi keselamatan kepada umatnya di hari kiamat kelak.