Runtuhnya Imperium Romawi Timur atau Konstantinopel adalah fakta sejarah yang tidak terbantahkan bahwa genetika kekaisaran besar dan berdiri kokoh selama lebih dari seribu tahun jatuh ke tangan pemimpin muda yang berusia 23 tahun.
29 Mei 2018 atau dua belas hari mendatang di bulan suci Ramadan ini, kenangan perang besar itu kembali tercium. Kita mengingat kembali, peristiwa lima puluh empat hari perang itu menyebabkan Kekaisaran Romawi Timur yang dipimpin Kaisar Konstantinus XI menyerah pada kenyataan di bawah Dinasti Turki Utsmani.
Imperium Romawi Timur membelah Benua Asia dan Eropa. Kejatuhan Romawi Timur memutus perdagangan Asia dan Eropa sekaligus mengacaukan peta perdagangan dunia. Olehnya, Eropa harus mencari cara lain untuk bertahan di tengah terputusnya hubungan dagang dari Asia. Cara lain ini memunculkan jalur laut baru ke Asia sekaligus peradaban baru di Benua Amerika. Mau tidak mau keberadaan Amerika menjadi penting bagi Eropa setelah terpuruknya keadaan ekonomi waktu itu. Namun saat sekarang ini, ketegangan antara Eropa dan Amerika mempengaruhi kestabilan eko-politik dunia bagian tengah (Asia).
Pasukan-pasukan Turki adalah pasukan yang kuat bertahan di malam hari. Salah satu alasannya karena mereka suka minum kopi. Kalahnya pasukan Muhammad Al Fatih setelah perang selama sepekan di depan tembok Konstantinopel membuat para panglima Turki Utsmani harus rapat dadakan menentukan langkah selanjutnya. Di rapat-rapat penentuan langkah ini pasukan beristirahat, menikmati logistik yang tersedia (termasuk minum kopi), memperbanyak bacaan Al-Qur'an serta sholat malam.
Di rapat dadakan itu muncul ide brilian untuk mengangkat 72 kapal melewati bukit di malam hari sebagai strategi kejutan Turki Utsmani. Dan cara itu berhasil mengagetkan pasukan Konstantin yang tertidur pulas. Sementara pasukan Utsmani tetap terjaga hingga fajar menyingsing.
Apa yang hebat di antara mereka? Perhatikan, pemimpin Turki Utsmani tidak menaruh rahasia kepada para panglima dan pasukannya. Tidak juga rahasia itu didiskusikan hanya di tingkat elit. Selalu ada keterbukaan dari sosok Muhammad Al Fatih. Bahkan di dalam sejarah, Konstantinopel mengetahui banyak strategi Utsmani karena adanya orang-orang yang disiapkan Konstantinopel menjadi pendengar yang baik dalam pasukan Utsmani.
Pasukan-pasukan Utsmani juga memiliki kendali besar dalam inovasi pembuatan senjata, strategi perang dan cara membangun rasa persaudaraannya. Karena Utsmani sadar, mereka sedang membangun manusia dalam skala peradaban, bukan sekedar mempekerjakan robot peradaban.
Ini adalah catatan sederhana saya. Bolehlah kita bertanya, 29 Mei 1453 adalah pondasi peradaban yang diletakkan Ustmani untuk kita semua. 29 Mei 2018, apa tujuan jangka panjang kita semua?
Apakah kita ingin bekerja dalam skala peradaban atau sekadar memuaskan nafsu "pengetahuan" kita semata?
Apakah kita menjadi hizbi-hizbi baru untuk memburu ketenaran di antara banyak kelompok yang ada?
Utsmani mempertahankan orang-orang hebat mereka untuk diwariskan ke generasi berikutnya. Mereka tahu ide-ide besar dalam skala peradaban hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan jangka panjang. Dasar dari pondasi itulah bentuk terima kasih kita kepada pejuang pendahulu, meski cara yang dilalui sekarang adalah pemikiran modern yang jauh lebih kompleks dari pada perang.
Oleh sebab itulah barangkali senjata modern yang dimiliki umat ini adalah model pemikiran jangka panjang yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang bertarung di tengah inovasi yang gersang. Dan tentunya, kita tidak bisa melewatinya hanya karena larangan-larangan tanpa makna oleh orang-orang yang kehadirannya tidak begitu jelas caranya membaca skala peradaban.
Guru saya selalu mengingatkan untuk tidak bekerja dalam skala teritorial atau wilayah, guru saya selalu mengingatkan untuk bekerja dalam skala peradaban. Pertolongan Allah begitu dekat pada orang-orang yang berpikir.
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Jaatsiyah: 13)