Tepatnya di gua Altamira, Spanyol. Bagaimana itu ditemukan? Ceritanya begini. Ada seorang bernama Marcelino de Sautuola bersama anaknya sedang bermain. Mereka masuk ke hutan bagian belakang tidak jauh dari rumahnya. Awalnya mereka tidak percaya. Namun kabar itu disebarkannya cepat. Penemuan gua di Altamira kini menjadi rumah bagi cagar budaya Spanyol.
Bergeser ke Perancis. Tepatnya di gua Lascaux (bacanya Lasko), 4 tahun sebelum Indonesia merdeka, di gua tersebut ditemukan lukisan manusia prasejarah juga. Ditemukan oleh anak-anak yang sedang bermain.
Anda kini bisa membandingkan dengan lukisan di gua Leang-Leang Maros. Sama. Tema lukisannya juga binatang. Serta cap tangan yang sampai sekarang masih menjadi teka-teki mengapa mereka membuat cap tangan di dinding-dinding gua. Jika dihubungkan dgn kenalakan remaja.
Maka kesimpulannya, mereka membuat itu agar diketahui kalau mereka pernah ada di situ. Anda bisa bandingkan dengan teman Anda ke lokasi wisata dan mencorat-coret tembok dengan namanya.Fakta lain. Berdasarkan penelitian Dr. Maxime Aubert dari Griffith University, dia berkesimpulan: Leang-Leang Maros adalah peradaban seni tertua di dunia mengalahkan Altamira dan Lascaux.
Ok. Kita kembali ke Eropa. Tepatnya di lembah Salisbury, Inggris. Anda tahu Stonehenge? Batu-batu raksasa yang disusun melingkar sehingga menjadi obyek wisata andalan di kota itu. Biasa juga ditemukan jadi wallpaper desktop windows. Googling-lah.
Stonehenge adalah peninggalan prasejarah zaman batu muda. Pertanyaan pertama, dengan batu sebesar itu, bagaimana masyarakat prasejarah meletakkannya semenarik itu. Tersusun dan terencana. Pertanyaan kedua, jenis batuan yang digunakan untuk membuat itu hanya ditemukan 29 KM dan 240 KM dari lokasi pembuatan Stonehenge dengan berat masing-masing batu kira-kira 45-50 ton. Bagaimana cara mereka membawanya? Atau pertanyaan paling penting, seberapa besar masyarakat prasejarah? Dan telah diketahui. Nabi Adam berserta keturunannya bertubuh besar. Kemungkinan 70 kaki.
--dikutip dengan tambahan dari penjelasan Prof Sofyan Salam
