Aristoteles menyebut bahwa seni memiliki fungsi psikologis. Seni berkontribusi bagi formasi dan penyesuaian kecamuk batin. Aristo menyebutnya sebagai 'katharsis'.
Walaupun awalnya, katharsis hanya dipakai dalam puisi, pada masa-masa selanjutnya, banyak penafsiran yang mulai disadari jika katharsis yang dimaksud Aristo adalah kenikmatan.
Sangat indah rasanya ketika Aristo membuat jabaran katharsis itu sebagai:
- Pembersihan emosi
- Pelepasan emosi
- Pemurnian moral-spiritual
- Pendidikan emosi
- Penjernihan intelektual
Jabaran tafsiran ini termasuk menarik. Melepaskan kelima bentuk katharsis di atas ke dalam karya. Maka kenikmatan mana lagi yang dapat menandingi kondisi jiwa yang kembali ke keadaan normalnya. Tentu saja normal menurut Aristo yaitu ketenangan dan kemapanan batin.
Maka Aristo percaya, meski ada pelepasan emosi disana, seni masih dinilai dari etika. Seni tetap harus menyentuh aspek etika dalam kehidupan manusia.
Walaupun awalnya, katharsis hanya dipakai dalam puisi, pada masa-masa selanjutnya, banyak penafsiran yang mulai disadari jika katharsis yang dimaksud Aristo adalah kenikmatan.
Sangat indah rasanya ketika Aristo membuat jabaran katharsis itu sebagai:
- Pembersihan emosi
- Pelepasan emosi
- Pemurnian moral-spiritual
- Pendidikan emosi
- Penjernihan intelektual
Jabaran tafsiran ini termasuk menarik. Melepaskan kelima bentuk katharsis di atas ke dalam karya. Maka kenikmatan mana lagi yang dapat menandingi kondisi jiwa yang kembali ke keadaan normalnya. Tentu saja normal menurut Aristo yaitu ketenangan dan kemapanan batin.
Maka Aristo percaya, meski ada pelepasan emosi disana, seni masih dinilai dari etika. Seni tetap harus menyentuh aspek etika dalam kehidupan manusia.